Renungan Harian:  Selasa, 09 Juni 2015.
Ulangan 18: 14

Sebab bangsa-bangsa yang daerahnya akan kau duduki ini mendengarkan kepada peramal atau petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan TUHAN, Allahmu, melakukan yang demikian.

Pada umumnya semua manusia mempunyai sifat “ingin tahu” tentang segala sesuatunya. Ketika anak-anakpun sebenarnya sifat “ingin tahu” sudah ada pada manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, sifat tersebut semakin berkembang sesuai dengan “level ratio” seseorang termasuk salah satunya ingin tahu tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari. Tidak sedikit orang maupun suku di dunia ini yang memiliki budaya meramal walaupun telah menganut agama (karena meramal dilarang agama, Kristen). Misalnya, ketika seseorang mau mengadakan suatu acara pernikahan, akan selalu mempertimbangkan hari “H” akan dilaksanakannya pesta pernikahan tersebut. Ada juga dengan berdasarkan tanggal lahir kedua calon mempelai menurut kalender kesukuannya. Sebenarnya “melihat hari yang baik” tidak perlu dilaksanakan sekarang ini, karena semuanya hari-hari adalah baik adanya, namun kita harus tetap berdoa meminta restu kepada Tuhan. Kita telah mengetahui dan mempercayai bahwa ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu di langit dan bumi termasuk juga hari-hari (Waktu), Dia menciptakannya dengan baik. Dan segala sesuatunya yang Tuhan Ciptakan itu adalah baik.


Kitab Ulangan ini bercerita tentang kisah perjalanan Israel dari Mesir ke Tanah Perjanjian secara ringkas. Pada saat bangsa Israel akan memasuki Tanah Perjanjian yaitu tanah Kanaan, Allah dengan keras menasehati mereka agar tidak tunduk kepada peramal atau petenung, bahkan mendengarpun jangan. Firman Tuhan mengatakan:  “Apabila engkau sudah masuk ke negeri yang diberikan oleh Tuhan Allahmu kepadamu, maka janganlah engkau belajar berlaku sesuai dengan kekejian yang dilakukan bangsa-bangsa tersebut. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi Tuhan, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu”. Tuhan Allah melalui Musa mengingatkan bangsa Israel untuk tidak berpaling dari Tuhan Allah dan tidak mengikuti cara-cara yang dilakukan bangsa-bangsa lain, karena mereka adalah bangsa yang kudus (ay. 9).  Salah satunya adalah terkait dengan ilmu sihir (black magic) yang umum dilakukan bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan, seperti mempersembahkan anak mereka menjadi korban dan juga meramal nasib, bertanya kepada arwah, dan lain sebagainya (ay. 10-11).

Praktek peramalan dan petenung memang ada dan mungkin bisa berhasil. Akan tetapi semuanya itu tidak akan berarti dan “sesungguhnya mereka sedang beribadah kepada si iblis”. Iblispun bisa memberikan kekayaan yang luar biasa, tetapi semuanya itu menjadi sia-sia bahkan mungkin akan terperangkap ke dalam jaringan iblis karena jiwa anda telah menjadi milik Iblis. Ada tertulis:  “Untuk apa kita memperoleh seisi dunia tetapi jiwa kita binasa?” (Mat 16: 26). Oleh karena itu, Tuhan berfirman agar umat-Nya Israel dan termasuk kita umat-Nya saat ini untuk tidak ikut-ikutan denga apa yang dilakukan bangsa yang tidak mengenal Tuhan, karena semua itu adalah kekejian di hadapan Tuhan (Bnd. ay. 12). Tuhan inginkan dari semua orang yang percaya kepada-Nya agar senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal, tidak mengandalkan peramal atau petenung. Peramalan dianggap sebagai suatu dosa yang berat, karena pada saat anda meyakini peramalan, bertanya kepada arwah memakai black magic dan sejenisnya anda telah menyembah berhala dan menolak firman Tuhan. Dalam realita hidup, orang yang suka diramal dan memakai black magic hidupnya akan menjadi terikat dengan roh peramal itu sendiri. Padahal, orang percaya hidupnya sudah di tangan Tuhan. Seharusnyalah kita menanyakan dan menyerahkan  masa depan kita kepada Tuhan yang adalah pemilik hidup kita, bukan kepada peramal. Karena Tuhan jauh lebih besar dari apapun yang ada di dunia ini. Tuhan telah berfirman, akan memberikan masa depan yang penuh harapan kepada kita (Bnd.: Yer 29: 11). Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini