Minggu Judika, 13 Maret 2016
Di HKBP Motung Rest. Ajibata.

Memberitakan Kemuliaan Tuhan
(Yesaya 43: 16 – 21),

Isaac Newton adalah seorang ilmuwan terkemuka dan seorang teolog yang berasal dari dan berkebangsaan Inggris (Lahir 4 Januari 1643 dan meninggal 31 Maret 1727). Dia percaya kepada Allah dan mempercayai firman-Nya. Dia memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam dunia fisika, matematika dan astronomi. Dalam bidang teologia, Newton juga pernah menulis kalimat yang sangat dalam: “Saya sangat percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah, yang ditulis oleh orang-orang yang memperoleh wahyu. Saya mempelajari Alkitab setiap hari. Ketika saya mengamati tata surya, saya melihat bumi berada pada jarak yang ideal dari matahari sehingga menerima panas dan cahaya dalam jumlah yang ideal pula. Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan”. Tuhan Allah menciptakan alam semesta dengan sangat cermat dan teliti, tanpa ada kesalahan sedikitpun. Allah mengatur segala sesuatunya dengan sempurna dan sangat sempurna. Salah satu maksud dan tujuannya adalah supaya manusia dapat mengenal dan mempercayai Tuhan Allah sebagai sang pencipta alam semesta. Sebagai rasa ucapan syukur dan kekaguman ketika melihat keagungan karya ciptaan Allah, maka Pemazmur berkata: “Langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”, (Mazmur 19: 2). Masihkah kita berpikir bahwa alam semesta yang luas ini muncul dengan sendirinya? Tidak. Seluruh alam semesta dirancang bagi kemuliaan Allah. Karena itu, tidak ada satu bagianpun dari alam semesta ini yang tidak menyatakan kemuliaan Allah. Segala sesuatunya memancarkan kemuliaan Allah.

Saudara-saudara, yang terkasih dalam Yesus Kristus....
Tuhan Allah telah menyatakan (memperkenalkan) diri-Nya kepada manusia melalui alam semesta dan ciptaan-Nya yang lain. Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya bukan hanya melalui ciptaan-Nya saja tetapi juga melalui karya yang nyata dalam kehidupan manusia itu sendiri, perlindungan dan penyertan-Nya, juga dalam penderitaan seperti yang dialami umat Israel ketika mereka menjalani hukuman ke pembuangan Babel. Pembuangan Umat Israel ke Babel tidak hanya menempatkan hidup mereka sebagai budak yang diperintah untuk bekerja siang dan malam. Bukan pula sekedar merenggut kebebasan dalam kehidupan, namun juga menghancurkan citra mereka karena mereka diperbudak dan menjadi budak selama mereka berada dalam pembuangan. Mereka berada di tangan penguasa yang menindas, di bawah perintah pembesar dan ancaman cambuk. Israel tidak lagi mempunyai gambaran citra yang utuh atas hidup mereka sendiri. Mereka dalam keadaan terpuruk, hancur tanpa harapan. Mereka berada di bawah kuasa penindasan dan telah kehilangan kebebasan beribadah memuji dan memuliakan Allah seperti sebelumnya di Yerusalem. Namun dalam suasana yang mereka alami Tuhan menyapa mereka lewat nabi Yesaya untuk memberitakan kabar baik bahwa tak lama lagi Tuhan akan membebaskan umat-Nya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem, untuk memulai suasana hidup baru. Bangsa Israel yang akan dibebaskan, tidak hanya dibebaskan secara fisik keluar dari pembuangan Babel. Mereka perlu kembali mengenali kemuliaan Allah. Dan sejak itu pulalah mereka dapat mengenali diri mereka dengan benar dan mereka dapat membangun pengenalan diri dalam citra Allah (Imagodei).

Hidup dalam pembaharuan adalah merupakan proses spiritualitas yang tidak boleh berhenti atau terputus dalam hubungan kita kepada Tuhan yang kita sembah. Pertobatan bukan sekadar peristiwa pembaharuan yang merespons anugerah pembebasan dan pertolongan Allah di masa lampau, namun juga di masa kini bahkan setiap saat. Ketika pertobatan tidak berkelanjutan lagi, maka iman kita terputus sehingga tidak mampu menyambut karya perbuatan Allah di dalam kehidupan kita. Iman seharusnya bergerak secara berkesinambungan dari masa lampau ke masa kini dan menggapai janji Allah di masa kini dan disempurnakan pada masa yang akan datang. Kesinambungan sikap iman tersebut akan memampukan umat untuk bertahan dalam kesetiaan dan ketabahan dalam menghadapi godaan yang datang dari dalam maupun dari luar dirinya sendiri. Tuhan Allah berfirman: “Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala!” (Ay. 18). Allah memanggil setiap umat percaya untuk peduli dan respons terhadap karya penyelamatan-Nya. Untuk itu kita membutuhkan nilai spiritualitas yang tinggi untuk mengetahui juga merespons pekerjaan Tuhan yang tersingkap dalam berbagai peristiwa yang sedang dan akan terjadi.

Saudara, yang dikasihi Tuhan dalam Yesus Kristus....
Sudah menjadi suatu kepastian, bahwa setiap orang yang bekerja mempunyai tujuan akhir yang akan dicapai dalam pekerjaannya. Demikian juga halnya dengan Tuhan Allah. Salah satu tujuan Tuhan Allah membebaskan Israel dari pembuangan Babel adalah agar mereka memberitakan perbuatan-Nya yang ajaib di antara bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya. Tuhan Allah juga mendorong bangsa Israel yang sedang dalam pengasingan untuk memikirkan suatu awal yang baru. Tuhan Allah meminta mereka untuk tidak lagi memikirkan tentang hukuman mereka dan bahkan tentang kuasa yang ditunjukkan-Nya pada saat pertama kalinya mereka dibebaskan dari Mesir. Yang Tuhan Allah kehendaki dari mereka adalah memberikan perhatian yang fokus kepada Dia yang akan memberikan mereka awal yang baru dengan jalan kembali membebaskan dan memulangkan mereka, kali ini dari pembuangan Babel. Tindakan Allah memperlakukan umat-Nya sedemikian rupa, pasti Dia mempunyai rencana dan maksud tertentu, yaitu agar umat semakin dewasa dan hidup berkenan kepada-Nya. Di tengah pengalaman pahit dan tidak menyenangkan, umat diuji untuk tetap berharap dan setia kepada Tuhan. Dalam ayat 21, Allah menegaskan bahwa umat yang telah Ia bentuk akan memberitakan kemasyuran-Nya. Walaupun mendapat hukuman dari Tuhan, Israel tetap dikasihi oleh Tuhan. Yesaya menuliskan bahwa akan ada pemulihan bagi Israel (Yesaya 43: 1-7; 43: 25, dll). Ini menunjukkan bahwa selain Allah itu Maha adil dengan menghukum umat-Nya Israel karena dosa-dosa mereka, Dia juga adalah Allah yang Mahakasih dengan mengabarkan pembebasan dan pemulihan terhadap umat-Nya. Sejarah mencatat, setelah bangsa Israel mengalami getir pahitnya di masa pembuangan, mereka dikembalikan oleh kekuatan tangan Tuhan ke tanah perjanjian. Tuhan tetap melanjutkan rencana-Nya dan berkarya melalui Israel, agar melalui Israel semua bangsa di dunia ini akan mendapat berkat. Israel tetap dipakai Tuhan untuk penggenapan segala rencana dan rancangan Tuhan. Israel tetaplah umat pilihan dan hamba Tuhan sebagai pembawa dan pemberita kabar keselamatan. Dari bangsa inilah Allah mendatangkan Mesias Sang Juruselamat dan rencana Tuhan atas mereka tetap berlanjut sampai kepada akhir zaman.

Saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan Yesus...
Berbicara tentang padang gurun (ay. 19) adalah menunjukkan kepada situasi masa-masa sulit atau masa kesukaran dalam kehidupan kita selaku umat ciptaan Tuhan. Tidak semua waktu dalam hidup kita ini kita jalani dengan baik dan sukacita. Kadang hidup kita harus mengalami masa sulit, dalam duka, ada saat kelaparan, saat sakit, bahkan mungkin sampai mendekati defressi dan sebagainya. Tetapi satu hal yang harus kita percaya bahwa Tuhan itu dekat dan mau menolong orang yang berseru kepada-Nya. Dia akan membukakan jalan di padang gurun (simbol untuk masa sulit) dan Dia menjanjikan akan memberikan air atau sungai (ay. 19). Ketika Tuhan memberikan air atau sungai (simbol pemulihan) kita telah mendapat kesegaran bahkan kesembuhan dan pembebasan. Yesaya menggambarkan Allah sebagai Sumber dan Pemberi Air kepada orang yang haus. Bahkan air akan dipancarkan-Nya di padang gurun dan air akan dialirkan-Nya melalui padang belantara. Pancaran air di tempat-tempat yang yang tandus seperti gurun pasir adalah merupakan suatu pengharapan yang pasti bagi orang yang menderita, tertindas, letih lesu, berbeban berat, dan lain-lain. Di mana ada air di situ ada kehidupan, di mana ada air di situ ada pengharapan. Tuhan Allah telah menyediakan Air bagi seluruh umat yang percaya kepada-Nya dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Ketika Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Sumber dan Pemberi Air, maka saat itu pulalah Ia menyatakan bahwa Tuhan Allah adalah Sumber Hidup dan Pemberi Kehidupan. Yesus bersabda: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”, (Yoh. 14: 6).
Semua manusia pasti pernah mengalami kekecawaan dan kegagalan dalam kehidupannya atau mungkin pernah mengalami masa lalu yang buruk, kenangan yang pahit atau pernah diperlakukan tidak adil atau ditindas dari pihak penguasa atau pengusaha atau dari pihak mana saja. Jangan kecut dan tawar hati, karena Firman Tuhan mengatakan: “Janganlah ingat-ingat hal yang dahulu”. Mengapa? Karena Tuhan Allah akan membuat sesuatu yang baru dalam kehidupan orang percaya. Tuhan memberikan suatu pegangan dan jaminan bagi umat yang percaya dan mengatakan: ”Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara”. Sadar atau tidak sadar, tahu atau tidak tahu, sebenarnya banyak hal yang baru kita temukan dalam setiap langkah perjalanan hidup kita, karena memang setiap hari berkatnya selalu baru bagi kita. Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus selalu memiliki rancangan yang indah dalam hidup kita, rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan. Dalam Roh Kudus, Tuhan turut bekerja dan berkarya dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia. Mari beritakanlah kemuliaan Allah bukan hanya melalui alam ciptaan-Nya tetapi juga melalui karya perbuatan-Nya yang nyata di dalam hidup dan kehidupan kita, karena kita adalah umat yang telah dibentuk-Nya dan akan memberitakan kemasyhuran-Nya. Amin.

Pdt. Ahab Tambun, STh – HKBP Ressort Ajibata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini