Menjadi
Anggota Keluarga Kristus
(Markus
3: 31 – 35)
“Barangsiapa
melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku
perempuan,... (ay. 35)”. Relasi spiritual jauh
lebih penting daripada relasi hubungan pertalian darah. Yesus
semakin memperluas ruang lingkup kekeluargaan kepada
semua orang yang dengan taat melakukan kehendak Allah.
Persaudaraan yang berlandaskan kerajaan Allah jauh lebih kuat
dan kokoh daripada persaudaraan yang berlandaskan pertalian darah atau hubungan
famili. Yesus mengajak semua orang beriman untuk
tidak pernah melupakan Tuhan Allah di dalam hidupnya. Membina dan membangun
relasi dengan Tuhan sungguh sangat menyenangkan dan membahagiakan. Keluarga adalah merupakan bagian gereja
yang paling kecil. Keluarga sebagai gereja kecil adalah tempat Yesus Kristus
hidup dan membuat karya keselamatan bagi umat manusia. Anggota keluarga yang
terpanggil untuk keselamatan oleh iman dan kehidupan kekal adalah “ikut serta
ambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Petrus 1: 4). Artinya, setiap anggota
keluarga Kristen hendaknya mendapat karunia-karunia dari Tuhan yang dikenal dan
diperoleh melalui Gereja. Sebagai Gereja, keluarga adalah merupakan tubuh
Kristus. Sebagai Gereja juga, setiap anggota keluarga dipanggil untuk
menyatakan kasih Allah yang begitu besar baik di dalam maupun di luar keluarga.
Yesus dengan
Maria dan Yusuf adalah hubungan pertalian darah dan daging. Maria dan Yusuf
adalah orangtua Yesus. Yesus sendiri tidak bermaksud menolak dan meniadakan mereka
sebagai ayah dan ibu Yesus. Tujuan Yesus adalah mempergunakan momentum itu untuk
memperkenalkan sebuah konsep yang baru tentang keluarga, yaitu keluarga Kerajaan
Allah. Hal ini juga merupakan bagian misi Yesus untuk membentuk hubungan persaudaran
atau kekeluargaan dalam kasih Tuhan Allah sebagai sebuah keluarga, baik dari
pihak Allah kepada manusia dan antara manusia dengan sesamanya. Hubungan
persaudaraan ini, tidak lagi berdasarkan
hanya pada hubungan pertalian darah dan daging, tetapi telah memasuki ruang lingkup
yang baru yaitu “Keluarga Kerajaan Allah”. Bentuk hubungan ini bertumbuh dan dipelihara
oleh Roh Kudus dan Firman-Nya agar berkembang dengan baik sehingga menghasilkan buah yang baik pula. Dengan cara
ini, Yesus bermaksud membentuk keluarga Allah yang meliputi semua orang, yaitu
mereka yang dengan taat melakukakn kehendak Allah dan hidup saling mengasihi
sesama manusia. Mari sepakat untuk melakukan kehendak Allah agar kita disebut
saudara oleh Yesus dan menjadi keluarga Allah yang hidup saling mengasihi,
tanpa membeda-bedakan satu sama lain.
Semua
orang percaya telah ditentukan atau diposisikan oleh Yesus Kristus sebagai
keluarga-Nya, untuk itu kita mempunyai Tugas
Sebagai Anggota Keluarga Kerajaan Allah: 1). Menjadi Pendidik. Setiap keluarga
Kristen dipanggil untuk mendidik kerohanian (iman). Di dalam keluarga, pendidikan
iman adalah sesuatu yang sangat menentukan bagi anak-anak. Di tengah dunia yang
semakin maju (sekuler), pendidikan kerohanian merupakan bekal yang sangat penting
untuk menjaga anak-anak agar tidak tergilas kemajuan zaman. Tugas pendidikan
diemban oleh keluarga terutama orangtua. Anak-anak belajar dan dibimbing untuk
mengenal dan mempelajari norma-norma kehidupan dan religius. Keluarga adalah merupakan
tempat pertama dan yang utama bagi anak-anak untuk mempelajari arti kehidupan,
termasuk nilai-nilai agama, agar menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan setelah
menjadi dewasa. Perlu kita ketahui, setinggi-tinggi
ilmu pengetahuan seseorang jika tidak dibarengi iman, maka anak tersebut akan
menjadi perusak bahkan mungkin menjadi seorang teroris. Sebaliknya, ilmu yang
tinggi yang dimiliki seseorang dibarengi dengan iman kepercayaan, maka anak
tersebut akan menjadi orang yang berguna di tengah-tengah bangsa dan negara terutama
di hadapan Tuhan. 2). Menjadi Hamba Tuhan. Setiap keluarga
Kristen, juga bersedia dipanggil dan dipilih menjadi hamba Tuhan untuk memberitakan
apa yang diberikan Tuhan, yaitu menyebarkan Injil. Panggilan ini, memang lebih
ditekankan kepada suatu panggilan khusus dalam gereja yaitu melalui tahbisan seperti
menjadi pendeta dan juga tahbisan lainnya. Banyak orang Kristen tidak memahami dengan
benar arti panggilan ini, sehingga ada banyak dari antara orang Kristen dan orangtua
tidak merelakan diri dan anaknya menjadi pelayan tahbisan. Mungkin ada juga
dari orangtua yang mempersembahkan anaknya untuk pelayan tahbisan tetapi bukan
yang terbaik dari anak-anaknya. Persembahan kita kepada Tuhan dalam bentuk
apapun itu, seharusnya yang terbaik dari yang kita miliki agar menjadi
persembahan yang harum dan kudus di hadapan Tuhan Allah.
3). Ikut
ambil bagian dalam kehidupan dan misi Gereja. Setiap anggota keluarga yang telah
ditempatkan Yesus sebagai keluarga-Nya perlu menyadari bahwa proses
perkembangan iman bukan bertumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Untuk itu
sangat perlu peran serta untuk kegiatan kegiatan doa, pendalaman Alkitab, persekutuan, kebaktian keluarga, kegiatan dan
kebaktian yang diselenggarakan oleh pihak gereja. Selain itu, setiap orang
Kristen harus menyadari dan berperan aktif dalam kehidupan dan misi gereja untk
melanjutkan tugas pengutusan para rasul dari Yesus yang biasa disebut dengan “Amanat
Agung” yang tertuang dalam Matisu 28: 19 - 20 yaitu: ”...pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman.” Menjadikan murid Yesus berarti membuat
seseorang menjadi saudara Yesus, keluarga Yesus melalui Injil. Salah satu cara untuk menjadikan
saudara/keluarga Yesus, dengan mengasihi mereka dengan Kasih Yesus: “...memberi
makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan, memberi tumpangan pada
orang asing, memberi pakaian yang telanjang, melawat atau mengunjungi
yang sakit, mengunjungi yang berada dalam penjara” (Bnd.: Mat 25: 35 - 36). “Ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”. Perintah utama dan pertama dari Yesus
adalah “mengasihi’, maka kita semua dipanggil untuk senantiasa hidup saling
mengasihi serta mengingatkan orang lain atau sesama kita untuk menyadari diri
sebagai “orang yang dikasihi Tuhan” dan kemudian saling mengasihi satu sama
lainnya. Amin
Komentar
Posting Komentar