Minggu, Estomihi; Minggu tanggal 07 Februari 2016:

Di HKBP Ajibata.

2 Korint 3: 12 – 4: 2

ROH YANG MEMERDEKAKAN
  

“Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (II Korintus 3: 17).

Kemerdekaan adalah pengharapan bagi setiap orang tanpa terkecuali. Tidak ada seorangpun yang dengan rela diperbudak oleh orang lain. Tetapi semua ingin menikmati kemerdekaan. C. H. Spurgeon (Charles Haddon Spurgeon adalah seorang pengkhotbah dari Inggris yang turut menjadi salah satu tokoh berpengaruh pada Kebangunan Rohani Inggris abad ke-19) pernah berkata: “Kemerdekaan adalah hak bagi setiap orang. Mungkin saja ia lahir dari keluarga miskin; ia mungkin adalah anak yang terlantar; tidak memiliki asal-usul yang jelas; namun kemerdekaan adalah hak waris mereka yang tidak dapat dicabut. Hitam mungkin kulitnya; mungkin ia tidak memiliki kesempatan untuk sekolah; ia mungkin miskin sekali; mungkin ia hanya memiliki satu baju lusuh saja yang melekat di tubuhnya; namun mereka berhak memiliki kemerdekaan”.

1.      Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan dari perbudakan dosa.
C. H. Spurgeon berkata, “Semua macam perbudakan di dunia ini tidak ada yang lebih mengerikan di bandingkan dengan perbudakan dosa.” Begitu dahsyatkah perbudakan dosa itu? Benar. Perbudakan di dunia hanya menyebabkan penderitaan yang sementara dan paling parah diakhiri dengan kematian. Namun perbudakan dosa menyebabkan Anda menderita di Neraka, terbakar dalam api yang tak pernah padam untuk selama-lamanya.

2.      Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan dari penghukuman dosa.
Hal ini adalah kematian kekal. Itu adalah penderitaan di neraka untuk selama-lamanya. Alkitab berkata, “upah dosa adalah maut” (Roma  6:23), “barangsiapa tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:16), namun “kasih karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

3.      Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan dari rasa bersalah.
Dr. W. A. Criswell (Wally Amos Criswell, pengkhotbah terkenal di salah satu Gereja di Amerika, meninggal 9 Januari 2001)  berkata: “Dapatkah batu-batu karang dan gunung-gunung menyembunyikan kita dari hari penghakiman Allah yang Mahakuasa? Apakah batu-batu karang dan gunung-gunung dapat menutupi dosa dan pelanggaran-pelanggaran kita? Seluruh generasi atau seluruh menusia merasakan di dalam jiwa mereka bahwa perasaan bersalah dan terhakimi akan dosa-dosa ada di dalam hati. Itu adalah sensitifitas moral kita”.

4.      Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan dari perhambaan hukum Taurat.
“Banyak orang jujur karena takut polisi. Banyak orang tertib karena takut dilihat orang lain. Banyak orang kelihatannya alim karena tetangganya.” Itulah kata C.H. Spurgeon. Seperti itulah cara hidup orang yang berada di bawah perbudakan hukum Taurat. Mereka melakukan kebaikan atau keagamaan mereka oleh karena tuntutan dari hukum, dan bukan kesadaran yang murni keluar dari dalam hatinya yang paling dalam. Bahkan tidak sedikit orang yang menyebut dirinya “Kristen” namun hidup seperti halnya hidup di bawah perbudakan hukum Taurat.

C. H. Spurgeon memberikan gambaran yang jelas tentang hal itu. Ia berkata,
“...jika aku berdoa, itu karena aku takut kemalangan menimpaku ketika aku tidak melakukannya. Jika aku mengucap syukur kepada Allah oleh karena kemurahan-Nya, itu karena aku berpikir bahwa aku tidak akan memperolehnya lagi jika aku tidak mengucap syukur. Jika aku melakukan perbuatan atau sesuatu yang baik, itu karena berharap Tuhan memberikan hadiah kepadaku..  dan memperoleh banyak mahkota di sorga”.
Masih itukah kita? Seharusnya, kita melakukan perbuatan-perbuatanmemuji dan memuliakan Tuhan karena telah menjadi bagian dari hidup kita dan menjadikaannya sebagai gaya hidup kita, sebagai orang yang telah dimerdekakan.


Amin. Selamat Beribadah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini