Khotbah Minggu, tanggal 13 Oktober 2013

     (Oleh:   Pdt. Ahab Tambun, STh – HKBP Rest. Ajibata).



Penderitaan Diubah-Nya Menjadi Sukacita
(Yeremia 31: 31 – 34).

Tuhan Allah sangat mengasihi umat-Nya, itu pasti. Ia tidak menginginkan umat-Nya hidup dalam kemeralatan dan penderitaan melainkan menghendaki umat-Nya hidup dalam sukacita dan damai sejahtera. Allah berjanji untuk memberkati mereka selamanya, jika mereka setia kepada aturan-aturan yang diperbuat oleh Tuhan Allah yang disampaikan melalui para nabi. Namun, dalam kenyataannya umat Tuhan Allah tidak setia untuk menjalankan aturan-aturan Tuhan terutama menyembah hanya kepada Allah (YHWH), mereka menyembah ilah-ilah lain dan hidup dalam kesombongan. Pelanggaran yang mereka perbuat menjadi awal yang buruk, mereka menjadi umat buangan dan akan mengalami penderitaan. Nabi Yeremia berulangkali memperingatkan mereka melalui nubuatan dan mengajak Israel meninggalkan kejahatannya dan kembali menyembah Allah secara murni, tetapi tidak membawa hasil. Nabi Yeremia memperingatkan lagi; “Jika bangsa Israel tidak mengalami pertobatan, maka akan datang penghukuman pembuangan dan permusuhan kepada bangsa-bangsa lain di sekitarnya”.  Walaupun umat Israel meninggalkan Allah dan menyembah berhala namun Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Tuhan Allah tetap mengasihi dan memperhatikan mereka yang berada dalam pembuangan. Tuhan Allah tetap mengingat janji setia-Nya kepada umat-Nya. Ia tidak akan pernah menyingkirkan dan memusnahkan umat-Nya. Tempat pembuangan adalah tempat pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga bagi umat Tuhan untuk mengubah karakter dan pola pikir menuju ke arah jalan yang Tuhan kehendaki yakni pertobatan.

Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus....
Pada Minggu yang lampau dalam khotbah, saya utarakan; Umat Allah telah “Menerima HATI dan Roh Yang Baru. Dalam khotbah kali ini, Allah membuat suatu Perjanjian Yang Baru: “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku”, demikian isi perjanjian Allah dengan umat-Nya. Yang menjadi pertanyaan: “Apakah yang dimaksudkan dengan “Suatu Perjanjian Baru” dari Allah kepada umat-Nya? Perjanjian Baru adalah penyelesaian yang dilakukan oleh Allah (inisiatif Allah) atas penyimpangan umat manusia kepada Allah. Cara berpikir dan bertindak Allah sangat berbeda dengan manusia. Cara berpikir manusia pada umumnya didominasi oleh sikap materialistis, untung atau rugi (komersial), bukan spiritual.  Bukan yang menyelamatkan tetapi yang menghancurkan atau keinginan-keinginan daging. Tuhan berfirman: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”. Sedangkan apa yang dipikirkan dan yang diperbuat oleh Allah dalam tindakan nyata adalah mengasihi dengan menumbuhkan, memelihara, menuntun, menyelamatkan dan lain sebagainya. Keadaan yang pahit, ketika umat-Nya dalam pembuangan  membuat mereka tidak berdaya. Pandangan dan perbuatan merekapun dalam kegelapan. Dalam situasi tersebut biasanya sangat membutuhkan penghiburan dan kekuatan dari orang-orang di sekitar kita. Kehancuran dan penawanan yang mengakibatkan  kemiskin, kelaparan dan penderitaan, juga rasa hina yang dialami umat akibat perlakuan bangsa asing, membuat mereka berkabung. Mereka mengalami masa perkabungan yang sangat panjang. Para pemimpin, khusus para imam, bahkan seluruh rakyat Israel berkabung. Tidak ada seorangpun yang mampu menghibur dan menguatkan mereka, selain Tuhan Allah. Tuhan Allah melihat keadaan tersebut dan tidak membiarkan umat-Nya berkabung berkepanjangan. Tuhan datang untuk mengubah perkabungan/penderitaan mereka menjadi kebahagian/sukacita. Seluruh umat, baik orang-orang yang tua maupun yang muda bergembira; anak-anak darapun bersukacita dan menari beramai-ramai. Para imam juga dipuaskan jiwanya dengan kebajikan; seluruh umat dikenyangkan dan dibahagiakan oleh Tuhan.

Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus....
Penyelamatan dan pembebasan dari segala bentuk kesengsaraan, penderitaan dan penindasan adalah harapan dan dambaan semua umat manusia.  Apakah bapak, ibu dan saudara-saudara sedang mengalami kesusahan, sengsara, menderita, kesulitan, berduka, ‘ntah itu karena apa saja? Jangan biarkan penderitaan ataupun kesedihan menguasai hati dan pikiran saudara-saudara sekalian. Mari datang dan arahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan Allah Maha Pengasih dan Maha Kuasa, Dia sedang menanti dan menunggu kita, agar kita dibebaskan dari segala bentuk penderitaan kita masing-masing, sebagaimana Dia mampu memberikan sukacita kepada bangsa Isral saat mereka mengalami penderitaan dalam pembuangan. Nantikan dan terimalah Dia, sebab Dia akan datang untuk mengubah penderitaan kita menjadi sukacita dan kebahagian yang sangat luar biasa. Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku”, demikian Firman Tuhan. Amin. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini