Khotbah Minggu, tanggal  19 Januari  2014.
(Oleh:   Pdt. Ahab Tambun, STh – HKBP Rest. Ajibata).

Rencana penyelamatan bangsa-bangsa adalah merupakan tujuan dan Karya Allah setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Karena itu Allah memilih dan memanggil Abraham dengan perjanjian untuk memberkatinya supaya melalui dia dan keturunannya semua kaum di muka bumi ini akan beroleh berkat. “...olehmu semua kaum di muka bumi ini akan memperoleh berkat” (Kejadian 12: 2-3). Janji Allah itu kemudian diteruskan kepada umat Israel yang merupakan keturunan Abraham secara jasmani. Namun bangsa Israel gagal mengemban tugas yang diberikan Allah untuk membawa terang-Nya kepada bangsa-bangsa lain. Bangsa Israel yang seharusnya pembawa dan menjadi terang di antara bangsa-bangsa kafir yang hidup dalam kegelapan itu, malah jatuh ke dalam penyembahan berhala dan mengikuti pola mengikuti mereka hidup dalam kegelapan.

Allah tidak pernah merasa menyesal seperti manusia. Melalui bangsa Israel, manusia telah gagal dalam upaya rencana keselamatan, tetapi keputusan dan rencana Allah tidak pernah gagal. Allah tetap menggenapi janji-Nya untuk membawa “Terang-Nya kepada bangsa-bangsa” dengan mengutus Putra-Nya Yesus Kristus yang lahir dari keturunan Abraham agar keselamatan Allah tetap sampai kepada bangsa-bangsa lain. Dalam Galatia 3: 14, dikatakan: “Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia  berkat Abraham  sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh  yang telah dijanjikan itu”. Perjanjian Allah kepada Abraham itu kemudian diwariskan kepada setiap pengikut Kristus yang merupakan keturunan Abraham secara rohani seperti yang tercatat dalam kitab Galatia 3: 29 “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah”. Kita telah mewarisi janji Allah kepada Abraham seperti yang dikatakan oleh rasul Petrus dalam1 Petr. 2: 9-10: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan” Karena itu bagi setiap kita yang didalam Kristus hendaklah dengan sungguh-sungguh meresponi janji dan panggilan Tuhan. Kita adalah umat perjanjian baru yang hendak Tuhan pakai untuk menjadi berkat dengan menjadi saksi-saksi Kristus kepada bangsa-bangsa lain sperti yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya (Yes. 42:6) "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, ... memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa.”

Melalui Firman Tuhan Pagi ini, Minggu II Setelah Ephipanias. 19 Januari 2014. Ada dua hal yang perlu kita simak dari pernyataan Sang Hamba. Yang Pertama; Hamba diidentikkan dengan Israel, yang menjadi target pemberitaan-Nya. Hamba sekaligus mewakili Israel untuk tugas yang gagal dipenuhi oleh orang Israel sendiri. Tugas Israel ialah menjadi "kerajaan imam" dan "bangsa yang kudus" (Kel. 19: 6). Penghukuman di Babel membuktikan kegagalan tersebut. Hamba menyatakan keprihatinan-Nya (4a), namun hamba tetap menerima panggilan tersebut (4b). Yang Kedua; cakupan panggilan tersebut memang sesuai dengan panggilan mula-mula Israel, yaitu seluruh bangsa di muka bumi (Bnd. Kel. 19: 5-6). Menjadi persoalan adalah Israel sendiri yang mengeksklusifkan karya penyelamatan Tuhan. Mereka menolak, karena menurut pandangan mereka bangsa-bangsa di sekeliling merekalah yang menjadi target misi penyelamatan. Di dalam ayat 7, ini bukan bagian dari kesaksian Sang Hamba, melainkan ucapan Tuhan untuk meneguhkan-Nya. Pelayanan Sang Hamba akan menimbulkan kontradiksi. Ada yang menolak dan menghina Dia, namun tidak sedikit yang menerima dan menyembah-Nya.

Yesus Kristus telah menggenapi nubuat Mesianis ini. Dialah keturunan Israel sejati yang sekaligus mewakili mereka menggenapi panggilan misi Israel bagi bangsa-bangsa. Dia telah ditolak dan dibunuh, sekaligus diterima dan disembah. Karya-Nya tetap efektif sampai sekarang. Kehadiran Tuhan Yesus merupakan suatu lambang bahwa Dia amat mencintai kita. Kasih-Nya yang begitu agung diberikan kepada kita melalui penyerahan diri-Nya di atas kayu salib untuk menebus segala dosa kita, untuk menyelamatkan kita dari kuasa maut dan membawa kita kepada suatu kehidupan baru yang penuh damai dan sukacita. Eksistensi Yesus itu adalah pribadi seorang Penyelamat bagi kita dan bagi seluruh bangsa-bangsa. Putera Allah yang Mahatinggi rela merendahkan diri-Nya untuk menjadi seorang hamba dan mati di kayu salib sebagai tebusan umat manusia yang berdosa. Yesus datang ke dunia sebagai seorang Juruselamat bagi seluruh dunia.

Ada 2 pemilihan Tuhan untuk menjadi hamba. Pertama hamba yang Specialis (hamba yang menerima tahbisan) dan hamba yang Generalis (semua umat percaya mengemban tanggung jawab untuk memberitakan terang atau kabar baik). Tugas utama menjadi hamba adalah mengembalikan Israel kepada Tuhan. Bila tugas itu dapat dilakukan, maka hamba itu akan memperoleh kemuliaannya di mata Tuhan dan kekuatan Tuhan akan semakin dinyatakan di dalam dirinya dan dalam tugas yang harus dilakukannya. Dengan kata lain dapat kita simpulkan bahwa bila hamba tersebut taat dalam mengemban tugas yang ditentukan Tuhan baginya, maka ia memperoleh kemuliaan dalam Tuhan. Itulah yang menjadi kebanggaan seorang hamba, yaitu bila ia dapat melakukan semua perintah tuannya dengan taat dan baik. Bukan hanya itu, bila hamba tersebut taat, maka Tuhan akan mempercayainya lebih lagi dengan membuatnya menjadi terang bukan hanya bagi Israel, tetapi juga bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari Allah sampai ke ujung bumi. Semakin hamba itu taat dalam menjalankan perintah tuannya, semakin dipercayai pula untuk melakukan tugas yang lebih besar lagi.

Dalam Perjanjian Baru, menjadi hamba Tuhan identik dengan menjadi murid Kristus. Menjadi murid Kristus bukan hanya sekedar menjadi seorang yang bertobat atau anggota dari sebuah gereja. Arti kata murid berarti : "pengikut" seseorang yang belajar secara dekat dari gurunya. Belajar bukan hanya menjadi pendengar tetapi juga melakukan apa yang diajarkan oleh gurunya, itulah seorang murid yang sejati. Tuhan Yesus tidak menginginkan seorang murid yang pasif, tetapi Yesus menginginkan seorang murid yang aktif. Murid yang berdiri teguh, memberitakan Injil, mengerjakan Firman-Nya di tengah dunia yang beraneka ragam karakter dan yang tidak Tuhan sama sekali.

Menjadi seorang murid sejati Yesus adalah menempatkan Kristus di atas segala-galanya. Murid Kristus rela berkorban untuk melakukan apa yang Kristus kehendaki dalam hidupnya, dengan iman kepercayaan yang permanent bahwa jalan Tuhan adalah selalu yang terbaik. Murid-murid Kristus adalah orang-orang yang saling mengasihi satu dengan yang lain sama seperti Kristus mengasihi mereka masing-masing. Misi orang percaya adalah menjadikan orang percaya bertumbuh ke arah kualitas murid, bukan hanya menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja. Seorang murid juga diajar untuk bisa membagikan dan mengajar orang lain juga. Marilah kita memperluas pelayanan rohani kita dengan belajar untuk memahami akan rencana dan tujuan Allah yaitu membawa kemuliaan-Nya kepada bangsa-bangsa lain. Dalam Mazmur 86: 9, dikatakan: “Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu”. Marilah kita ikut terlibat dalam misi mulia Tuhan bagi dunia ini dengan bekerja sama dengan gereja. Tuhan Memberkati. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini